Penting! Berikut Langkah-Langkah Bantuan Hidup Dasar Henti Jantung
12 Juni 2023
Ilustrasi | Shutterstock Image
KlikQu – Setiap tahun, sebanyak 36 juta orang kehilangan nyawa karena penyakit tidak menular. Dalam sebuah penelitian tersebut 9 juta kematian terjadi sebelum seseorang memasuki usia 60 tahun dan salah satu penyebabnya adalah penyakit kardiovaskular seperti henti jantung secara tiba-tiba.
Presiden Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PP PERKI) dr. Radityo Prakoso, Sp.JP (K), Md, FIHA, FAPSIC, FAsCC menjelaskan kondisi henti jantung bisa terjadi oleh siapa saja, kapan saja, dan dimana saja. Kondisi inilah yang seyogianya mewajibkan semua orang harus memiliki pengetahuan tentang Bantuan Hidup Dasar (BHD) agar bisa saling membantu.
“Langkah awamnya pertama bahwa kenali korban ada respon atau tidak, kalau tidak ada respon panggil bantuan secepatnya, panggil orang, telepon rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat. Setelahnya lakukan kompressi dada,” kata dr. Radityo kepada KlikQu, 27/3).
Dokter Radityo menjelaskan, saat ini masyarakat Indonesia memang masih awam mengetahui akan pentingnya BHD bagi kehidupan bersama. Di sisi lain, pengetahuan BHL masih belum merata di Indonesia.
Merujuk laman Kementerian Kesehatan RI, BHD terdiri dari beberapa tahapan. Berikut rangkumannya;
Kenali Kondisi Korban
Jika dalam suatu kondisi, Anda mendapati seseorang tiba-tiba terkapar maka langkah awal yang harus dilakukan ialah memastikan korban tidak responsif dengan cara berteriak/menepuk-nepuk atau menggoyangkan pasien. Setelahnya, Anda bisa memerika pernapasan korban.
Jika korban bernapas dengan tidak normal maka Anda harus mengambil kesimpulan bahwa korban mengalami henti jantung.
Mencari Pertolongan
- Meminta tolong/bantuan orang sekitar.
(Teriak ke sekitar untuk meminta bantuan, telepok ke nomor darurat 119 kemudian sebutkan nama, alamat, kejadian, jumlah, kondisi korban, dana pa yang harus dilakukan). - Menghubungi 119.
- Pengaktifan Sistem Penangulangan Gawat Darurat (EMS).
Melakukan penilaian korban
Dalam melakukan penilaian, kita dapat melakukan 3A dan MARCH yang terdiri atas:
- 3A: Aman diri , Aman Pasien, Aman Lingkungan.
- MARCH: Massive hemorrhage, Airway, Respiration(Breathing), Circulation, Head Injury.
- M pada MARCH merupakan Massive hemorrhage yang berarti:
- Anda harus melakukan pemeriksaan apakah pasien memiliki perdarahan banyak “banjir” yang dapat mengancam nyawa.
- Pasangkan torniket saat ditemukan perdarahan, ekspose/buka pakaian pada bagian yang cedera, dan gunakan sedekat mungkin dengan luka.
- Catat waktu pemasangan torniket, lalu bawa segera ke Rumah Sakit terdekat.
- A pada MARCH merupakan Airway yang berarti:
- Periksa apakah pasien terdapat gangguan pada saluran napas. Anda dapat mengajak pasien berbicara, selanjutnya menilai apakah terdapat respons. Jika tidak ada respon, Anda dapat membuka jalan nafas dengan melakukan jaw thrust/chin lift (yaitu dengan dengan meletakkan telapak tangan pada dahi korban dan menengadahkan kepala korban. Gunakan tangan yang lain untuk menarik dagu korban sehingga jalan napas dapat terbuka).
- Jika pasien sadar, izinkan pasien untuk mencari posisi senyaman dan untuk menjaga jalan nafas.
- R pada MARCH yang merupakan Respirasi–Breathing, yaitu:
- Periksa apakah pasien bernafas atau tidak dan observasi apakah dadanya mengembang secara simetris atau tidak.
- Posisikan pasien senyaman mungkin, longgarkan pakaian pasien, dan jangan dikerubungi.
- C pada MARCH yang merupakan Circulation, dengan memeriksa:
- Tangan dan kaki pasien pucat, dingin, dan lembab?
- Terdapat perdarahan eksternal?
- Jika terdapat perdarahan, segera tutup dan tekan luka pendarahan.
- Baringkan pasien dalam posisi “syok”, dengan kaki diangkat/ dielevasi
- H pada MARCH , merupakan Head Injury-Hipotermia dengan memeriksa:
- Memeriksa tanda-tanda trauma kepala dengan melihat apakah terdapat darah di hidung atau telinga?
- Memeriksa tanda-tanda hipotermia dengan memeriksa apakah pasien dalam keadaan menggigil, pucat, dingin?
- Anda harus berhati-hati karena hipotermia akan menurunkan fungsi pembekuan darah. untuk mencegah pasien jatuh dalam keadaan tersebut segera ganti pakaian basah, selimuti pasien, dan matikan AC.
Kompresi Dada
Idealnya, BHD harus segera dilakukan saat pasien mengalami henti jantung. Terdapat golden period atau waktu emas dalam melakukan bantuan hidup dasar.
- Untuk Keterlambatan BHD selama 1 menit, maka kemungkinan berhasilnya 98 dari 100.
- Untuk Keterlambatan BHD selama 4 menit, maka kemungkinan berhasilnya 50 dari 100.
- Untuk Keterlambatan BHD selama 10 menit, maka kemungkinan berhasilnya 1 dari 100.
Saat otak tidak mendapatkan oksigen selama 6-8 menit maka pasien dapat menyebabkan kematian. Pasien disebut dengan mati klinis (henti nafas dan henti jantung) jika tidak mendapatkan oksigen dalam waktu 6-8 menit dan akan mengalami mati biologis (mati batang otak) jika tidak mendapatkan oksigen dalam waktu 8 - 10 menit/lebih.
Bagaimana melakukan kompresi jantung yang berkualitas?
Kompresi dada yang efektif dilakukan dengan prinsip push hard, push fast, minimal interruption, complete recoil. Untuk memaksimalkan efektivitas kompresi dada, korban harus berada di tempat yang permukaannya rata. Penolong berlutut di samping korban apabila lokasi kejadian di luar rumah sakit atau berdiri di samping korban apabila di rumah sakit.
Penolong meletakkan tumit tangannya di bagian bawah tulang dada korban dan meletakkan tumit tangan yang lain di atas tangan yang pertama. Penolong memberikan kompresi dada dengan kedalaman kurang lebih 2 inci/ 5cm. Penolong memberikan kompresi dada dengan frekuensi 100-120 kali permenit.
Penolong juga harus memberikan waktu bagi dada korban untuk mengembang kembali agar aliran darah ke berbagai organ tidak berkurang.Penolong juga harus meminimalisasi frekuensi dan durasi dari interupsi dalam kompresi untuk memaksimalkan RJP yang dilakukan. Rasio kompresi dan napas bantuan yang dilakukan adalah 30:2.
Penolong yang kelelahan dapat menganggu frekuensi dan kedalaman kompresi dada. Pada umumnya, kelelahan penolong mulai muncul setelah 1 menit melakukan RJP dan akan sangat terasa setelah 5 menit melakukan RJP. Ketika terdapat lebih dari satu penolong, dianjurkan untuk memberikan RJP secara bergiliran setiap 2 menit sekali atau setelah 5 siklus untuk menghindari berkurangnya kualitas RJP.
Satu siklus RJP terdiri dari kompresi dan napas bantuan dengan rasio 30:2. RJP dilakukan hingga AED tiba (setelah itu tetap dilanjutkan), korban bangun, terdapat tanda-tanda pasti kematian atau petugas yang lebih ahli datang. Selama melakukan RJP, interupsi misalnya seperti memeriksa nadi korban harus diminimalkan.
Memberikan Napas Bantuan
Napas bantuan diberikan dalam waktu satu detik. Gunakan rasio kompresi dan napas bantuan 30:2. Napas bantuan dapat diberikan dengan berbagai cara. Bantuan napas dari mulut ke mulut, dilakukan dengan membuka jalan napas korban, menutup hidung korban, dan memberikan napas bantuan dalam waktu 1 detik. Pastikan terdapat kenaikan dada ketika dilakukan napas bantuan.
Pemberian volume udara yang berlebihan harus dihindari karena dapat memperburuk kondisi korban, sesuaikan dengan volume saat menarik napas dan membuang napas secara biasa dari paru manusia normal. Lakukan sebanyak 5 siklus, baru cek denyut nadi setelah itu.
Bantuan nafas yang diberikan dapat berupa;
- Bantuan pernafasan mulut ke mulut.
- Bantuan pernafasan mulut ke hidung.
- Bantuan pernafasan mulut ke sungkup.
- Bantuan pernafasan dengan kantung nafas buatan (bag mask).
RJP Hands Only
Jika pada saat kejadian henti jantung, alat tidak memadai atau alat pelingdung diri (APD) tidak, kita dapat melakukan RJP Hands Only. Langkah-langkah RJP "Hands Only ";
- Safety: 3A (Amankan diri, Amankan pasien/orban, Amankan lingkungan).
- Periksa respon, pernafasan (5-10 menit), Tepuk-tepuk bahu. Bila ada respon: biarkan berbaring, cari penyebabnya, panggul bantuan medis, sambil mengawasi.
- Panggil bantuan: Hubungi Call center PSC 119/112.
- Kompresi dada: Lakukan kompresi dda tanpa interupsi sampai pasien ada respon.
Kapan RJP Dihentikan?
RJP dapat dihentikan jika ditemukan kondisi:
- Kembalinya denyut jantung dan napas spontan (pasien bergerak spontan).
- Pasien alih rawat ke tempat perawatan.
- Penolong terancam keselamatannya.
- Penolong kelelahan.
- Do not resuscitate (DNR).
Posisi pemulihan
Posisi ini dilakukan jika korban sudah bernapas dengan normal dan sirkulasinya sudah adekuat. Posisi ini dilakukan untuk menjaga jalan napas tetap terbuka dan mengurangi risiko tersumbatnya jalan napas dan tersedak.Korban dimiringkan dengan meletakkan tangan di bawah kepala korban.
- Korban tidur terlentang pada posisi supine, penolong berlutut di sisi kanan korban
- Tangan kanan korban diluruskan di sisi kepala korban.
- Tangan kiri korban ditekuk menyilang dada hingga posisi telapak tangan berada dibahu kanan korban.
- Lutut kaki kiri korban ditekuk ke kanan. Posisi tangan kiri penolong di bahu kiri korban, tangan kanan penolong di lipatan lutut kiri korban.
Kesalahan yang sering terjadi pada bantuan hidup dasar
- Posisi mengunci jari tangan yang salah , kemudian pastikan posisi siku lurus.
- Teknik kompresi dada yang salah.
Kompresi dada yang benar harus dengan
- Kedalaman minimal 5 cm (tidak lebih dari 6 cm).
- Kecepatan 100 – 120 x/menit, teratur.
- Rekoil komplit.
- Minimal interupsi.
- Kecuali untuk memberi nafas buatan atau memindahkan pasien (tidak boleh berhenti >10 detik).
(ATR)