Langkah Pencegahan Penyakit Diabetes tidak Berkembang menjadi PGK
13 Juni 2023
Ilustrasi | Shutterstock Image
KlikQu – Ahli Ginjal dan Hipertensi dr. Agung Tresna, Sp.PD-KGH menjelaskan saat ini pemerintah sedang berusaha untuk mengencangkan langkah-langkah preventif dalam menghadapi gelombang penyakit diabetes mellitus di Indonesia. Musababnya, penyakit tipe ini menjadi salah satu faktor penyebab penyakit gagal ginjal kedua di Indonesia.
“Kita lebih banyak program penggalangan pencegahan. Terlihat mahal tapi kalua kita kalkulasikan lebih mahal ketika kita ada di situasi sudah berakibat penyakit. Jadi kita harus bergerak ke pencegahan,” ujar dr. Agung kepada KlikQu, Senin (10/4).
Menurutnya, diperlukan peningkatan pemahaman masyarakat akan bahayanya penyakit dibetes. Hal ini menjadi penting jika langkah pencegahan di Indonesia mau berhasil dilakukan. Tanpa membuka akses informasi ini maka hasilnya pun tidak akan sesuai yang direncanakan.
Adapun pencegahan pertama yang harus dipahami oleh masyarakat adalah tentang faktor risiko penyakit diabetes. Artinya, masyarakat wajib mengetahui apakah dirinya memiliki risiko terkena penyakit diabetes dari faktor genetik keluarga. Misalnya, jika ayah, ibu, saudara memiliki penyakit diabetes maka yang bersangkutan juga memiliki bakat yang sama.
Sehingga ketika seseorang memiliki bakat penyakit diabetes maka jangan diperburuk dengan sedentary lifestyle. Sedentary lifestyle adalah gaya hidup seseorang cenderung malas melakukan aktivitas atau menggerakkan tubuhnya.
Contohnya, tidak mau olahraga, tidak mau bergerak, makan tidak terkontrol, stress, obesitas, dan lainnya. Jika hal ini terjadi dalam waktu lama maka pasien tersebut besar kemungkinan akan terkena diabetes.
Sementara pencegahan kedua adalah ketika seseorang sudah memiliki diabetes maka wajib hukumnya untuk menjaga kondisi ginjal dengan sebaik mungkin. Hal yang harus dilakukan adalah dengan melakukan screening untuk mengecek apakah ada kebocoran yang merusak ginjal.
Screening yang dilakukan dapat melalui pemeriksaan urine. Pemeriksaan ini akan melihat apakah terdapat kadar protein di urin. Jika ditemukan protein maka dapat ditarik kesimpulan bahwa kondisi ginjal pasien tidak dalam kondisi baik.
“Artinya ginjal sudah tidak lagi mampu memfilter karena protein itu besar dan tidak keluar melalui kencing,” ujarnya. “Kalau hal itu ada di dalam kencing nah berarti sistem filtrasi dari ginjal kita sudah rusak.”
Oleh karenanya, dr. Agung berpesan untuk seluruh masyarakat Indonesia lebih peduli akan kesehatan tubuhnya. Caranya dengan menerapkan pola hidup sehat dan beraktifitas secukupnya setiap hari. (ATR)